Sabtu, 17 Desember 2016
Minggu, 04 Desember 2016
Rabu, 30 November 2016
Rabu, 16 November 2016
Visi Misi MBS Kudus
PONDOK PESANTREN MODERN
MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL (MBS) KUDUS
TINGKAT SMP DAN SMA
TINGKAT SMP DAN SMA
Jl. KHR. Asnawi no.13 Damaran Kudus 59316, Call Center : 085 225 363 303
DASAR PEMIKIRAN
VISI
Terbentuknya lembaga pendidikan berkualitas dalam membentuk kader Muhammadiyah yang berlandaskan Al Qur'an dan As-Sunnah
MISI
1. Melaksanakan pembelajaran Al Qur'an yang terpadu
2. Menyiapkan kader dakwah yang tangguh
3. Melaksanakan pembelajaran yang seimbang antara kurikulum umum dan pesantren
4. Menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke universitas dalam dan luar negeri
MODEL PEMBELAJARAN
1. Kurikulum yang digunakan adalah perpaduan antara kurikulum Nasional dengan kurikulum Pesantren
2. Long life education
3. Pengembangan kecerdasan sessuai potensi
4. Program Tahfidz Al Qur'an
PROGRAM PENGEMBANGAN
1. Tahfidz Al Quran metode HATAM
2. Amal Bakti Santri (ABAS)
3. Tabungan Umroh
4. Tutor Sebaya
5. Tutorial Mata Pelajaran dan Bahasa (Arab dan Inggris)
6. Tutorial Tahsin
Boarding School
Etika Guru Menurut Imam Zarkasyi
|
Mengingat
pentingnya tugas guru, maka guru harus memiliki sifat khusus yang
memungkinkan pelaksanaan tugasnya dengan cara sebaik mungkin, sifat itu
bertalian dengan fisik, intelektual dan moral, yaitu :
Pesiapan
guru dalam mengajar
Metodologi-psikologis
dan motivasi kejiwaan kepada guru yang akan melaksanakan tugas mendidik dan
mengajar yaitu :
|
Sekolah Terpadu
Akhlak Guru Menurut Imam Ghozali
|
Seorang guru adalah seorang
pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid.
Prestasi
yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil
membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan
kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan
materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang
anak didik bernilai tinggi.
Untuk menjadi seorang pendidik
yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi
oleh seorang guru.
Pertama, Jika praktek mengajar
merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang
harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena
akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid
terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yang
mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru.
Kedua, karena mengajarkan ilmu
merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang guru
tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu.Seorang guru
harus meniru Rasulullah SAW.yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga
dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada Allah. Demikian pula seorang
guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia
harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalan kepada muridnya
apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang
kepada guru untuk dekat pada Allah SWT.Namun hal ini bisa terjadi jika antara
guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada
ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain
sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh,
segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar,
serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit,
maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya tidak diberikan
imbalan kesejahteraan yang memadai.
Ketiga, seorang guru yang baik
hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
di hadapan murid-muridnya.Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari
pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia
juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya
bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT,.Dan
bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat
keduniaan.Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan
dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya.
Keempat, dalam kegiatan mengajar
seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak
menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini
seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan kesalahan muridnya
di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid yang memiliki
jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Dan jika
keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi
terlaksananya pengajaran yang baik.
Kelima, seorang guru yang baik
juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan
murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan
mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu
yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya.Kebiasaan seorang guru yang
mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir,
adalah guru yang tidak baik. (Al-Ghazali, t.th:50)
Keenam, seorang guru yang baik
juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki
murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan
yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar
guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman
muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat
dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasa antipati
atau merusak akal muridnya. (Al-Ghazali, t.th:51)
Ketujuh, seorang guru yang baik
menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami perbedaan tingkat
kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan
kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.Kepada murid
yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal
yang rumit sekalipun guru itu menguasainya.Jika hal ini tidak dilakukan oleh
guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan
ragu-ragu.
Kedelapan, seorang guru yang baik
adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta
berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.Dalam hubungan ini
Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya
jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia
akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan
menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak
akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.
Dari delapan sifat guru yang baik
sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang
sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan
pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya
sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan
dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan
cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah
sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern.
Kesimpulannya, seorang pendidik tidak sama dengan
pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran
kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang
pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi
pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya
bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi
juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru
yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan
sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan
teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan
tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
|
Sekolah Unggul
Etika Guru
Menurut Ahmad Dahlan
|
KH Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah
pernah memberikan kepada kita sebuah nasehat tentang beberapa kriteria yang
harus dimiliki oleh seorang guru/pendidik. Syarat-syarat guru tersebut adalah
:
Diantara kelima syarat tersebut, syarat
kemampuan menjadi perhatian yang istimewa. Syarat kemampuan dirinci sebagai
berikut:
|
Langganan:
Postingan (Atom)